Apa itu Mikroplastik?
Mikroplastik mengacu pada partikel plastik kecil (polimer buatan), biasanya berukuran lebih besar dari satu nanometer tetapi lebih kecil dari 5 milimeter. Partikel-partikel ini berasal dari berbagai sumber dan diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama:
- Mikroplastik Primer - Mikroplastik ini sengaja dibuat dalam ukuran mikroskopis, seperti microbeads yang ditemukan dalam kosmetik atau tekstil.
- Mikroplastik Sekunder - Mikroplastik ini terbentuk ketika benda-benda plastik yang lebih besar terurai karena keausan mekanis atau terpapar unsur-unsur seperti radiasi UV.
Tekstil, terutama yang terbuat dari serat sintetis seperti poliester atau nilon, merupakan sumber mikroplastik sekunder yang signifikan. Zat aditif seperti plasticizer, senyawa berfluorinasi yang digunakan sebagai impregnasi untuk pakaian luar ruangan atau penghambat api juga ditambahkan ke dalam molekul plastik untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Mengenakan pakaian melepaskan sepuluh kali lebih banyak partikel mikroplastik daripada proses pencucian. Selain pemakaian pakaian yang terbuat dari serat sintetis, air limbah cucian adalah salah satu sumber utama mikroplastik: selama proses pencucian, serat-serat ini melepaskan partikel-partikel plastik kecil, yang terbuang ke sistem air limbah dan akhirnya ke lautan dan sungai, yang berkontribusi terhadap polusi global.
Risiko lingkungan dan kesehatan
Mikroplastik telah menjadi polutan lingkungan yang persisten, sering ditemukan di lingkungan laut dan bahkan dalam rantai makanan. Menurut sebuah studi oleh Alfred Wegener Institute, sekitar 8 juta ton sampah plastik masuk ke lautan setiap tahunnya. Kehidupan laut, mulai dari plankton terkecil hingga ikan yang lebih besar, dapat menelan mikroplastik, yang dapat menyebabkan bioakumulasi dan gangguan pada ekosistem laut. Manusia juga terpapar mikroplastik melalui konsumsi makanan laut dan air minum, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi dampak kesehatan jangka panjang. Sebuah studi dari University of Newcastle memperkirakan bahwa seseorang menelan rata-rata hingga lima gram polimer per minggu, yang kira-kira seberat kartu kredit. Meskipun penelitian tentang dampak kesehatan masih terus dilakukan, ada urgensi yang semakin besar untuk mengurangi emisi mikroplastik.
Mikroplastik juga berakhir di tanah, baik melalui penggunaan lumpur limbah di pertanian atau penguraian sampah plastik. Hal ini berdampak pada kualitas tanah, kesehatan tanaman, dan dengan demikian seluruh ekosistem dan rantai makanan.
Bagi industri tekstil, mengatasi risiko-risiko ini bukan hanya tentang melindungi lingkungan tetapi juga tentang merespons permintaan konsumen yang semakin meningkat akan keberlanjutan. Merek dan produsen perlu mencari cara untuk mengurangi kontribusi mereka terhadap polusi mikroplastik, baik melalui inovasi bahan, proses produksi yang lebih baik, atau sistem pengelolaan limbah yang lebih baik.
Tantangan yang semakin besar dalam industri tekstil
Industri ini menghadapi pengawasan yang semakin ketat karena dampaknya terhadap lingkungan, dengan polusi mikroplastik menjadi perhatian utama. Tekstil sintetis, meskipun dihargai karena daya tahan dan keserbagunaannya, merupakan salah satu kontributor utama emisi mikroplastik. Setiap kali pakaian sintetis dicuci, ribuan serat mikroplastik dilepaskan, sering kali melewati sistem penyaringan air standar dan berakhir di badan air alami. Polusi ini sulit dibersihkan dan memiliki efek jangka panjang pada ekosistem.
Selain itu, sifat global dari produksi tekstil membuat masalah ini semakin kompleks. Banyak produk tekstil yang diproduksi di wilayah dengan peraturan lingkungan atau infrastruktur pengelolaan limbah yang terbatas, sehingga memperparah masalah ini. Seiring dengan meningkatnya kesadaran, pemerintah, badan-badan industri, dan organisasi lingkungan menyerukan peraturan yang lebih ketat dan praktik produksi yang lebih bertanggung jawab. European Commission, misalnya, baru-baru ini memperkenalkan langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi polusi mikroplastik, mendorong produsen untuk mengadopsi alternatif yang berkelanjutan dan berinvestasi dalam inovasi.
Upaya untuk mengurangi polusi mikroplastik pada tekstil
Untuk memerangi emisi mikroplastik, beberapa strategi sedang dieksplorasi. Strategi tersebut antara lain:
- Bahan Inovatif: Mengembangkan tekstil yang menghasilkan lebih sedikit serat atau terbuat dari bahan alami yang dapat terurai secara alami, seperti kapas, rami, atau lyocell.
- Filtrasi yang Lebih Baik: Menerapkan sistem penyaringan yang lebih efektif pada mesin cuci dan fasilitas pengolahan air limbah untuk menangkap partikel mikroplastik sebelum masuk ke saluran air.
- Produksi yang Bertanggung Jawab: Mendorong produsen untuk mengadopsi proses produksi yang meminimalkan kehilangan serat dan memastikan bahwa air limbah dari pabrik diolah dengan benar.
Pemilik merek, peritel, dan produsen yang mengambil langkah proaktif untuk mengurangi jejak mikroplastik tidak hanya akan memenuhi peraturan yang semakin ketat, tetapi juga mendapatkan keunggulan kompetitif dengan melayani pasar konsumen yang sadar lingkungan. Praktikal.
Melihat ke depan: Peran pengujian dan sertifikasi
Karena industri tekstil menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh polusi mikroplastik, pengujian dan sertifikasi menjadi semakin penting. Organisasi pengujian independen, seperti TESTEX, memimpin dengan menawarkan prosedur pengujian yang ketat yang membantu produsen menilai dan mengurangi emisi mikroplastik dari produk mereka.
Untuk mengatasi masalah ini lebih lanjut, TESTEX telah mengembangkan label TESTEX MICROPLASTIC, yang menyatakan bahwa tekstil telah menjalani pengujian menyeluruh untuk emisi mikroplastik. Label ini akan memungkinkan merek untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan meyakinkan konsumen bahwa mereka membuat pilihan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Nantikan untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana label TESTEX MICROPLASTIC membantu produsen mengurangi dampak lingkungan sekaligus memenuhi standar tertinggi untuk pengendalian emisi mikroplastik.